Kemudahan dan Kesulitan di Pondok Pesantren Khulafaur Rasyidin

by -31 views

KEMUDAHAN DAN KESULITAN
A. Kemudahan yang Didapatkan Santri dalam Proses Tahfiz
Menurut Ustaz Abdul Wahab, ada beberapa faktor penting yang harus dimiliki oleh para santri yang ingin menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Khulafaur Rasyidin Pontianak. Faktor­faktor tersebut antara lain:

1. Persiapan jiwa
Seorang santri yang ingin berhasil dalam menghafal Al-Qur’n dituntut untuk memiliki persiapan­persiapan, yaitu:

Kemauan keras
Kemauan yang keras merupakan suatu keharusan bagi seorang santri yang ingin menghafal Al-Qur’an, karena berhasil tidaknya suatu perbuatan untuk mencapai tujuan, bergantung pada ada atau tidaknya kemauan pada seseorang. Dengan adanya kemauan yang keras berarti seorang santri telah mengantongi modal besar untuk mencapai tujuan.

Perhatian
Menghafalkan Al-Qur’an bukanlah pekerjaan yang sederhana, tetapi merupakan pekerjaan yang sangat berat dan rumit yang harus dipertanggungjawabkan di dunia dan di akhirat nanti. Oleh karena itu, jika seorang santri ingin menghafal Al-Qur’an maka dituntut untuk memiliki perhatian yang betul­betul serius.

Menelaah atau mengulang-ulang
Untuk menjaga hafalan agar tidak mudah hilang, seorang santri diharuskan selalu mengulang­ulang bacaan disertai dengan me­ nelaah makna yang terkandung di dalamnya tanpa rasa bosan dan pantang menyerah. Cara ini sangat baik dan terbukti efektif. Menelaah atau mengulang­ulang ini dapat dilakukan dengan sistem mud☼rasah, yaitu sistem yang dilakukan dengan cara semua santri, satu persatu membaca hafalan baru atau lama secara bergiliran dengan membentuk kelompok, atau dengan takr◄r yang secara rutin dilakukan, sesuai dengan jadwal aktivitas sehari­hari di pesantren.

2. Kecerdasan, ketekunan, dan kesabaran
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang terdiri dari beribu-ribu kata, suatu jumlah yang tidak mudah dihafal. Oleh karena itu, para santri yang ingin berhasil dalam menghafal Al-Qur’an dituntut untuk memiliki kecerdasan yang lebih dibanding pelajar/santri seusianya.
Selain kecerdasan, ketekunan dan kesabaran juga merupa­ kan modal yang sangat membantu kesuksesan penghafal Al­ Qur╨an. Ketekunan dan kesabaran diperlukan dalam mengulang dan memulai hafalan yang baru. Apabila para penghafal Al­ Qur╨an tidak tekun dalam menghadapi rasa malas, tidak sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan, bisa­bisa akan malas menghafal dan mengulang serta akan terhenti di tengah jalan.

3. Kemampuan mengatur waktu
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan oleh para santri yang ingin berhasil dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Khulafaur Rasyidin Pontianak adalah:
a. Memiliki waktu yang tepat untuk menghafal dan mengulang­ ulang ayat-ayat Al-Qur’an. Seorang santri yang ingin berhasil dalam menghafalkan Al-Qur’an harus mampu mengatur waktu dengan baik, sehingga dapat menghafal dengan penuh konsentrasi. Malam hari adalah waktu yang paling tepat untuk menghafal dan men­takr◄r, karena pada malam hari, hati dan lisan akan lebih terpadu dan lebih hati­hati dalam bacaannya maupun pemahamannya dibandingkan di siang hari. Pengaturan waktu yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula jika dilakukan secara terus­menerus dan istikamah.
b. Membaca dan menghafal Al-Qur’an dilakukan sebagai rutinitas.
Jika ingin memperoleh hafalan yang baik, seorang santri di­ haruskan mengulang hafalan yang sudah dimilikinya setiap saat agar hafalannya tidak mudah hilang. Dengan kata lain, membaca Al-Qur’an harus dijadikan rutinitas sehari-hari.

4. Selalu mengharapkan pertolongan Allah
Di samping ketekunan dan kesabaran, para penghafal Al-Qur’an juga dituntut untuk selalu bermunajat kepada Allah sub♥☼nahū wa ta‘☼l☼ agar usaha menghafal kalam­Nya benar­benar di­ ridai, sehingga Allah senantiasa memberikan kemudahan dan menjauhkannya dari cobaan­cobaan yang berat. Setiap memulai menghafalkan Al-Qur’an, seorang santri diharuskan berwudu terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan berdoa kepada Allah.

B. Kesulitan yang Dialami Santri dalam Proses Tahfiz
1. Tidak ada Minat dan Kemauan Keras
Kesulitan santri dalam proses tahfiz ini akan terjadi jika para santri tidak mempunyai kemauan keras, tidak memiliki perhatian yang serius, dan tidak mau menelaah kembali dan mengulang­ ngulang pelajaran. Jika sejak awal minat tidak ada maka si penghafal akan cepat putus asa setiap menghadapi kesulitan.

2. Terpecahnya Konsentrasi dengan Pelajaran sekolah Santri yang menghafal Al-Qur’an di pesantren Khulafaur Rasyidin adalah juga santri yang mengikuti kegiatan belajar di sekolah MTs dan MA Khulafaur Rasyidin. Dengan demikian, menjaga konsentrasi dan fokus hafalan Al-Qur’an menjadi hal yang sangat sulit karena terpecahnya pemikiran antara menghafal Al-Qur’an dengan belajar formal yang merupakan tuntutan dari sekolah. Sekolah menuntut siswanya untuk berhasil dan ber­ prestasi dalam kegiatan belajarnya. Di saat yang sama proses tahfiz menuntut santri tersebut untuk meningkat jumlah hafalan dan tetap baik dalam menjaga hafalan yang sudah dihafalnya.

3. Selesainya Masa Pendidikan Formal
Mayoritas santri penghafal Al-Qur’an di pesantren Khulafaur Rasyidin adalah pelajar MTs dan MA. Ketika jenjang pendidikan sekolah mereka telah selesai, mereka keluar dari pesantren untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi lagi seperti Universitas dan lain­lain. Jarang sekali santri yang masih tinggal di pesantren dan melanjutkan program hafalannya. Sehingga sampai saat ini belum didapati santri di Pesantren Khulafaur Rasyidin yang hafal sampai 30 juz. Santri yang tertingi jumlah hafalannnya dan masih tinggal di pesantren meskipun telah selesai pendidikan formalnya adalah sebanyak 10 juz.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.